"Untuk mendapatkan air bersih, kami harus membersihkan danau dari enceng gondok dan tanaman liar, tapi airnya tetap saja tidak layak pakai, mau tidak mau suka tidak suka kami harus menggunakan air tersebut untuk kebutuhan kami, " keluh Sania.
Senada dengan itu, Hadri (41), warga setempat, yang turut merasakan kesulitan air bersih, menyampaikan kesulitan warga telah disampaikan kepada pemerintah namun belum mendapatkan respon.
"Kami kekurangan air bersih yang layak, padahal akses ke kota sangat mudah, tapi air bersih sulit didapatkan," ujarnya.
"Kalau tidak ada hujan, kami terpaksa menggunakan air danau untuk mencuci baju, terutama baju putih dan seragam sekolah," tambah Hadri.
Sejak 2012, warga sudah meminta bantuan untuk pemasangan pipa sekunder terutama saat ada kedatangan calon legislatif berkampanye di daerah tersebut.
Namun, hingga kini, permintaan tersebut hanya terealisasi di wilayah depan gang, dengan jarak sekitar 500 meter dari pemukiman mereka.
Selain itu, distribusi air PDAM pun tidak menjangkau seluruh warga.
"Distribusi air bersih hanya sampai di warga bawah, dan itu pun tidak setiap waktu. Air biasanya mengalir dari jam 1 sampai 4 subuh, sisanya mati. Itu pun harus berebut dengan mesin pompa," pungkasnya. (Ale)
Tag