ARUSBAWAH.CO - Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, sepakat dengan penutupan sementara Jembatan Mahakam I dan jalur pelayaran di Sungai Mahakam.
Menurutnya penutupan jalur pelayaran di Sungai Mahakam harus dilakukan hingga investigasi oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) selesai dan fender atau pengaman jembatan kembali diperbaiki.
“Ini masalah jembatan, bukan hanya soal jalur perairan. Yang utama adalah keselamatan. Jangan sampai kita mengalami robohnya jembatan seperti di Tenggarong dulu,” ujar Rudy Mas’ud, saat ditemui awak media, Jumat (14/03/2025).
Menurutnya, kondisi Jembatan Mahakam saat ini berisiko tinggi setelah fender pengamannya hilang akibat tabrakan kapal tongkang pada 16 Februari 2025 lalu.
Hingga kini, belum ada perbaikan atau pemasangan ulang fender untuk melindungi struktur jembatan dari benturan kapal.
“Jembatan kita sudah hampir 45 tahun. Kalau tidak ada fendernya dan tertabrak lagi, bisa sangat berbahaya. Kalau runtuh, siapa yang bertanggung jawab?” tegas Rudy.
Saat ini, BBPJN dan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR tengah melakukan investigasi.
Hasil dari investigasi ini akan menentukan apakah jembatan masih aman dilalui atau perlu ditutup lebih lama hingga fender dipasang kembali.
Sebelumnya, KKJTJ juga telah melakukan uji beban terhadap Jembatan Mahakam untuk memastikan kelayakan struktur setelah tabrakan kapal ponton.
Namun, hingga saat ini belum ada tindak lanjut dalam bentuk pemasangan fender baru.
“Kita harus atur ulang tata kelola Jembatan Mahakam. Kalau memang harus dipasang fender dulu baru dilewati, maka harus segera dipasang supaya aman,” kata Rudy.
Sementara itu, keputusan untuk menutup jalur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam mendapat penolakan dari beberapa pihak.
Termasuk, KSOP Samarinda, aliansi masyarakat pelabuhan maritim, serta Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dan TKBM menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap penutupan jalur sungai.
Mereka beralasan, penutupan jalur perairan bisa berdampak besar terhadap aktivitas ekonomi di Sungai Mahakam, termasuk distribusi barang dan jasa.
Namun, bagi Rudy, keselamatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas utama.
“Kita bicara soal nyawa, jangan sampai ada korban jiwa akibat kelalaian kita. Jembatan Kutai Kartanegara dulu runtuh tanpa disenggol. Kalau Jembatan Mahakam ini tertabrak lagi, kita tidak bisa membayangkan akibatnya,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Kaltim telah mengirim surat ke instansi terkait mengenai rencana penutupan sementara jembatan dan jalur pelayaran.
Namun, keputusan akhir masih menunggu hasil investigasi resmi dari BBPJN dan KKJTJ.
Jika hasil investigasi menyatakan bahwa jembatan tidak aman tanpa fender, maka pemasangan pengaman harus dilakukan sebelum jembatan bisa kembali digunakan oleh kendaraan maupun kapal di bawahnya.
Sebagai informasi, fender jembatan adalah pengaman yang dipasang di sekitar tiang jembatan untuk melindungi struktur dari benturan kapal atau benda lain.
Fender ini berfungsi menyerap energi tabrakan agar jembatan tidak mengalami kerusakan lebih parah.
“Intinya, kalau fender harus dipasang dulu baru bisa dilewati, maka harus dipasang dulu. Kita tidak ingin kejadian yang lebih buruk terjadi,” tutup Rudy.
