ARUSBAWAH.CO - Kalimantan Timur tak lepas dari peran para pemimpinnya dalam membangun fondasi daerah yang kaya akan sumber daya ini.
Sejak ditetapkan sebagai provinsi pada 1 Januari 1957, Kalimantan Timur telah dipimpin oleh sejumlah tokoh besar yang meninggalkan jejak penting dalam sejarah pembangunan daerah.
Di antara mereka, ada sosok-sosok istimewa yang dipercaya rakyat untuk memimpin hingga dua periode.
Dari APT Pranoto yang meletakkan fondasi awal pemerintahan sebagai Gubernur Kalimantan Timur pertama, hingga Awang Faroek Ishak yang fokus mendorong pembangunan infrastruktur dan pendidikan, masing-masing gubernur punya peran penting dalam membentuk kemajuan Kalimantan Timur hingga seperti sekarang.
Berikut adalah deretan Gubernur Kalimantan Timur yang menjabat selama dua periode penuh, lengkap dengan kisah perjuangan dan kontribusi mereka untuk daerah ini.
1. APT Pranoto (1957-1959) (1959-1961)

Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, atau yang lebih dikenal sebagai APT Pranoto, lahir di Tenggarong, Kutai Kartanegara pada 14 September 1906 dengan nama asli Aji Addin.
Usai menerima gelar kebangsawanan Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, namanya semakin dikenal luas, dan hingga kini, sosoknya lebih akrab disapa dengan singkatan APT Pranoto, sebuah nama yang melekat erat dalam sejarah Kalimantan Timur.
Karier APT Pranoto dimulai dari posisi sederhana sebagai juru tulis di Pemerintahan Kutai, namun ketekunan dan pendidikannya di OSVIA Makassar, sekolah calon pegawai negeri pribumi di Makassar era Hindia Belanda, membawanya naik pangkat hingga menjabat sebagai Residen Kalimantan Timur.
Puncak perjalanan pengabdian APT Pranoto tercatat dalam sejarah saat Kalimantan Timur resmi menyandang status sebagai provinsi pada 1 Januari 1957.
Saat itu, APT Pranoto ditunjuk menjadi Gubernur pertama Kalimantan Timur, menandai tonggak sejarah penting dalam pembangunan daerah tersebut.
APT Pranoto meninggal dunia di Samarinda pada 19 Juni 1976, pada usia 69 tahun.
Untuk mengenang jasanya, namanya kini diabadikan menjadi nama bandara utama di Samarinda, yakni Bandara Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto.
Hal ini pun menjadi sebuah penghormatan abadi atas dedikasi dan perjuangan APT Pranoto untuk tanah Kalimantan Timur.
2. Muhammad Ardans (1988-1993) (1995-1988)

Muhammad Ardans, atau lebih dikenal dengan nama dan gelar lengkap Haji Muhammad Ardans, S.H., lahir pada 1 Maret 1936 di Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Sosok Muhammad Ardans mengembuskan napas terakhirnya pada 23 April 2003 di Jakarta pada usia 67 tahun.
Sebelum menjadi Gubernur Kalimantan Timur, Muhammad Ardans memulai kariernya di pemerintahan sebagai ahli Tata-Usaha di Kantor Gubernur Kaltim.
Karier Muhammad Ardans terus menanjak dengan berbagai posisi, mulai dari Kepala Biro Ekonomi pada 1964, Kepala Biro Hukum selama sembilan tahun mulai 1967, hingga Asisten I Sekwilda pada 1976.
Pada tahun 1979, Muhammad Ardans dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Wilayah Daerah dan memegang posisi tersebut selama lima tahun.
Pada 1987, Muhammad Ardans dipercaya menjadi Pelaksana Tugas Gubernur ketika Soewandi Roestam, Gubernur Kaltim saat itu, sakit.
Kemudian, pada 1988, Muhammad Ardans resmi dilantik sebagai Gubernur Kalimantan Timur untuk dua periode berturut-turut, yang pada periode pertama ia menggantikan Soewandi Roestam yang meninggal dunia.
3. Suwarna Abdul Fatah (1998-2003) (2003-2006)

Suwarna Abdul Fatah, yang lahir pada 1 Januari 1944, adalah sosok berpengaruh dalam sejarah pemerintahan Kalimantan Timur.
Sebelum menduduki kursi nomor satu di provinsi ini, Suwarna Abdul Fatah lebih dulu menjabat sebagai Wakil Gubernur bidang Ekonomi dan Pembangunan, mendampingi H. Muhammad Ardans.
Pada 25 Juni 1998, Suwarna Abdul Fatah resmi menggantikan posisi Muhammad Ardans dan kemudian terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya pada 2003.
Namun, masa kepemimpinannya terhenti lebih awal setelah dinonaktifkan pada 8 Desember 2006 akibat dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi.
Lahir dan mengenyam pendidikan dasar di Bogor, Suwarna Abdul Fatah melanjutkan ke jenjang menengah sebelum akhirnya menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Samarinda.
Selama menjabat sebagai gubernur, Suwarna Abdul Fatah dikenal aktif mendorong pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Suwarna Abdul Fatah juga menaruh perhatian besar pada pengelolaan sumber daya alam dan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh.
4. Awang Faroek Ishak (2008-2013) (2013-2018)

Awang Faroek Ishak, yang lahir pada 31 Juli 1948 di Tenggarong sebagai anak ke-11 dari 13 bersaudara, dibesarkan dalam keluarga dengan pengaruh besar di dunia pemerintahan Kalimantan Timur.
Ayahnya, Awang Ishak, dan ibunya, Dayang Johariah, merupakan sosok-sosok berpengaruh dalam dunia Pamong Praja di Kalimantan Timur.
Perjalanan pendidikan Awang Faroek Ishak dimulai dari Tarakan, lalu berlanjut ke SMP dan SMA di Tenggarong.
Tekad Awang Faroek Ishak untuk terus belajar membawanya meraih gelar sarjana di Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Malang pada 1973.
Tak berhenti di situ, Awang Faroek Ishak meraih gelar Magister Manajemen dari Universitas Indonesia pada 1997, disusul gelar Magister Ketahanan Nasional pada 1998.
Bahkan di usia 57 tahun, Awang Faroek Ishak kembali duduk di bangku kuliah dengan menempuh program doktoral di Universitas Airlangga.
Karier Awang Faroek Ishak bermula pada tahun 1973, ketika ia bergabung sebagai staf di Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
Lima tahun berselang, Awang Faroek Ishak menjabat sebagai Pembantu Rektor III di Universitas Mulawarman, dan pada 1982, ia dipercaya menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dedikasi Awang Faroek Ishak di bidang pendidikan membawanya meraih posisi sebagai Kepala Bapedalda Kaltim, sekaligus menjadikannya dosen tamu di Universitas Victoria, Melbourne, Australia.
Karier politiknya dimulai ketika ia terpilih sebagai anggota DPR/MPR RI untuk dua periode, dari tahun 1987 hingga 1997.
Kemudian Awang Faroek Ishak menorehkan prestasi sebagai Bupati Kutai Timur dua periode (2000–2008), sebelum akhirnya dipercaya rakyat menjadi Gubernur Kalimantan Timur dari 2008 hingga 2018.
Pada tahun 2019, Awang Faroek Ishak kembali melanjutkan dedikasinya dengan terpilih sebagai anggota DPR-RI, mewakili Kalimantan Timur, tanah kelahirannya. (apr)