ARUSBAWAH.CO - Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan pada usia 88 tahun, sehari setelah Hari Paskah. Paus Fransiskus wafat setelah berbulan-bulan mengalami masalah kesehatan, dirawat di rumah sakit, dan berjuang melawan pneumonia di kedua paru-parunya.
Senin (7/5/2025) waktu setempat, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Kapel Sistina untuk mengikuti proses pemilihan Paus baru yang disebut "konklaf" atau lebih dikenal sebagai "conclave" dalam terjemahan Inggris, sebuah tradisi pemilihan yang telah berlangsung selama 749 tahun dan bisa memakan waktu berhari-hari.
Apa itu konklaf dan bagaimana cara memilih Paus baru?
Konklaf adalah proses tertutup di mana para kardinal dikunci dalam Kapel Sistina dan memilih Paus baru melalui pemungutan suara. Mereka bisa melakukan hingga empat putaran pemungutan suara per hari, dan proses ini berlangsung hingga salah satu kandidat mendapat dua pertiga suara mayoritas.
Jika setelah 33 putaran tidak ada yang memperoleh suara mayoritas, maka dua kandidat teratas akan masuk ke tahap pemungutan suara terakhir. Para kardinal yang terlibat dalam proses ini disebut sebagai "Dewan Kardinal".
Sejak tahun 1975, hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang diperbolehkan ikut memilih. Per Januari 2025, terdapat 252 kardinal di seluruh dunia, dengan 138 di antaranya memiliki hak suara, menurut data Vatikan.
Setiap akhir hari pemungutan suara, surat suara dibakar untuk menghasilkan asap. Asap hitam menandakan belum ada Paus yang terpilih. Sementara itu, asap putih menunjukkan bahwa seorang Paus telah terpilih dan menerima tugasnya.
Kapan konklaf Paus 2025 dimulai?
Biasanya, konklaf dimulai dalam waktu tiga minggu setelah seorang Paus wafat atau mengundurkan diri. Tahun ini, tepat dua minggu lebih setelah kepergian Paus Fransiskus, konklaf resmi dimulai.
Pada pukul 10 pagi waktu Vatikan (4 pagi waktu AS bagian timur), 133 kardinal pemilih mengikuti misa di Basilika Santo Petrus. Kemudian, pada pukul 4:30 sore waktu Vatikan, mereka berkumpul di Istana Apostolik untuk berdoa sebelum memulai proses pemungutan suara di Kapel Sistina.
Tepat hari ini, 133 kardinal sudah dikunci di Kapel Sistina untuk melangsungkan proses pemilihan suara.
Dari hasi pemungutan suara itu, jika muncul asap putih, maka publik akan mengetahui sosok Paus ke -267 yang akan memimpin keberlangsungan umat Katholik.
Berapa lama proses konklaf berlangsung?
Tidak ada batas waktu tetap untuk konklaf. Proses ini berlangsung selama yang dibutuhkan. Dahulu kala, konklaf bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, di abad ke-20 dan 21, biasanya hanya memakan waktu dua hingga lima hari.
Sebagai contoh, Paus Fransiskus terpilih pada 2013 hanya dalam waktu sehari lebih. Konklaf terlama dalam sejarah terjadi pada tahun 1268 dan berlangsung hampir tiga tahun sebelum akhirnya Paus Gregorius X terpilih.
Siapa kandidat kuat Paus selanjutnya?
Secara teknis, siapa pun laki-laki Katolik Roma yang sudah dibaptis bisa menjadi Paus. Namun, sejak tahun 1378, Paus selalu dipilih dari kalangan kardinal. Beberapa nama yang diperkirakan berpeluang besar menggantikan Paus Fransiskus antara lain:
Kardinal Pietro Parolin – Sekretaris Negara Vatikan
Kardinal Peter Turkson – asal Ghana, pernah menjabat Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian
Kardinal Luis Tagle – mantan Uskup Agung Manila, kini menjabat di Vatikan
Kardinal Peter Erdo – teolog konservatif dari Hungaria
Kardinal Matteo Zuppi – Uskup Agung Bologna, dikenal dekat dengan Paus Fransiskus
Kardinal Joseph Tobin – Uskup Agung Newark, AS, dikenal sebagai tokoh progresif dan sekutu Paus Fransiskus
Kardinal Jean-Marc Aveline – berasal dari Aljazair, dijuluki “uskup favorit Paus Fransiskus”
Kardinal Angelo Scola – mantan Uskup Agung Milan, sempat jadi kandidat kuat pada konklaf 2013
Kardinal Mario Grech – dari Malta, menjabat Sekjen Sinode Para Uskup
Kardinal Juan Jose Omella – Uskup Agung Barcelona
Kardinal Pierbattista Pizzaballa – Patriark Yerusalem yang berasal dari Italia Utara
Apa arti penting regulasi dan keberlanjutan bagi Gereja?
Konklaf dan pemilihan Paus baru bukan hanya urusan gereja semata, tetapi juga simbol keberlanjutan nilai dan tradisi Katolik di tengah dunia yang terus berubah. Dengan meningkatnya tuntutan akan kepemimpinan yang peka terhadap isu sosial dan lingkungan, siapa pun yang terpilih sebagai Paus berikutnya akan memainkan peran penting dalam menentukan arah Gereja Katolik global ke depan. (pra)
